LightReader

kocak

Vorenversee
14
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 14 chs / week.
--
NOT RATINGS
616
Views
Synopsis
kocak
VIEW MORE

Chapter 1 - 1.Bayangan Leluhur yang Tak pernah Muncul

Angin malam berembus lembut di atas lautan awan, menyapu jubah panjang berwarna hitam dengan garis putih samar, menciptakan siluet tenang seorang pemuda yang menatap langit malam dari atas sebuah pedang terbang. Di sisinya, berdiri seorang pria tua, rambutnya memutih seperti salju abadi di puncak gunung terlarang, dan jubahnya yang hitam disulam dengan pola Qilin dewasa memancarkan aura keagungan dan ketegasan.

"Guru," suara pemuda itu memecah keheningan malam, nada suaranya penuh rasa ingin tahu dan sedikit keraguan. "Sudah seratus ribu tahun sejak Sekte ini didirikan, bukan?"

Pertanyaan itu menggantung di udara seperti kabut tipis yang belum tercerai, mengendap dalam keheningan yang panjang. Pemuda itu tampak masih muda, mungkin belum genap dua dekade sejak ia pertama kali menjejakkan kaki di jalan kultivasi. Namun, di balik wajah remajanya tersembunyi semangat yang membara, seperti api yang baru dinyalakan dan belum sepenuhnya padam.

Jubah hitamnya memiliki garis putih yang samar, membentuk pola Qilin kecil—lambang bahwa dirinya hanyalah murid tingkat awal dalam Sekte. Sedangkan gurunya, dengan pola Qilin dewasa yang mengelilingi jubahnya, adalah simbol status sebagai Tetua yang dihormati, seorang yang telah menginjak jalan panjang kultivasi dan menembus kabut batas hidup fana.

"Ya," jawab sang guru perlahan, suaranya dalam dan bergetar seperti guntur yang teredam. Ia menatap ke depan, ke arah gerbang raksasa yang menjulang seperti gunung suci. Gerbang itu berdiri megah, seakan hendak menembus langit ke sembilan, diapit oleh dua ukiran naga hitam yang melingkar di pilar-pilarnya, matanya seolah hidup dan mengamati setiap makhluk yang berani mendekat.

Di balik gerbang tersebut, ribuan pulau terapung menggantung di langit, membentuk lautan daratan yang menentang hukum gravitasi. Masing-masing pulau merupakan tempat tinggal, tempat kultivasi, dan tempat suci bagi para anggota Sekte—sebuah dunia kecil dalam dunia yang lebih besar.

Kedua kultivator itu terbang perlahan, melayang menuju gerbang. Saat mereka mendekat, masing-masing mengeluarkan sebuah medali batu giok berwarna hitam keabu-abuan. Sebuah cahaya lembut menyelimuti mereka, dan seketika itu pula gerbang raksasa terbuka, mengeluarkan suara yang seperti ribuan tulang naga bergemuruh serempak.

"Guru, mengenai leluhur pendiri..." suara sang murid kembali terdengar, kali ini dengan nada yang lebih pelan, hampir seperti bisikan. "Kenapa beliau tidak pernah keluar dari pengasingannya selama seratus ribu tahun? Mengapa beliau tidak melangkah ke Alam Atas seperti para muridnya?"

Sang guru tidak langsung menjawab. Ia melayang turun perlahan di depan gerbang, lalu melangkah masuk ke dalam Sekte Nameless Patch Sect—sekte yang namanya tak tercatat dalam sejarah dunia fana, namun ditakuti dan dihormati oleh dunia kultivasi.

"Kita tidak bisa menebak pikiran leluhur," akhirnya jawab sang guru, suaranya pelan namun penuh keyakinan, seakan mengandung beban sejarah yang tak terlihat oleh mata manusia biasa.

Di hadapan mereka terbentang daratan utama Sekte. Jalanan dari batu hitam mengilap membentang hingga ke puncak gunung pusat, dihiasi paviliun-paviliun dengan atap melengkung yang memancarkan aura berbagai jenis Dao. Paviliun Alkemis yang mengeluarkan aroma herbal langka, Paviliun Teknik yang setiap malam memancarkan cahaya formasi kuno, hingga paviliun pertarungan yang bergemuruh seperti suara perang para dewa.

Di langit, tampak lambang suci sekte yang agung dan penuh makna. Sebuah sabit raksasa melayang perlahan di atas teratai hitam dengan sembilan helai daun, seperti menggambarkan kesempurnaan dalam kegelapan, keabadian dalam kesunyian.

Saat mereka berjalan melewati anak tangga panjang menuju gunung utama, para murid lain menepi dan membungkuk hormat. Tidak ada suara selain angin dan suara langkah kaki mereka. Suasana penuh khidmat, seolah dunia tahu bahwa mereka sedang mendekati sesuatu yang sakral.

Pada puncak tangga, berdirilah sebuah patung raksasa. Sosoknya sederhana namun agung, mengenakan jubah polos, dengan rambut panjang terurai tertiup angin abadi. Siluet tubuhnya tampak seperti membentuk cincin tak terlihat, dan wajahnya tampan tanpa cela, tanpa emosi. Di telinga kirinya tergantung anting sabit yang dirantai, dan di dahinya tergambar sebuah garis datar, seolah mewakili kesetaraan antara kehidupan dan kematian. Di tangannya, ia memegang pedang panjang yang ujungnya mengarah ke tanah, namun terasa seakan menusuk langit.

Mereka berhenti di hadapan patung itu dan membungkuk dalam-dalam, lama, setidaknya sepuluh napas waktu berlalu sebelum mereka berdiri kembali.

Namun ini hanyalah bagian luar dari sekte. Bagian dalam sekte, tempat inti Dao dan rahasia terdalam disimpan, hanya dapat dimasuki oleh mereka yang mencapai tingkat tertentu dalam kultivasi.

Sang guru, yang berada pada tahap pertengahan Nascent Soul Transformation, merupakan salah satu Tetua luar. Statusnya tinggi, namun tidak cukup untuk memasuki ruang dalam sekte. Sementara muridnya baru saja membuka pintu dunia kultivasi.

Hanya empat orang dalam setiap generasi yang diizinkan menjadi Tetua Dalam—sebuah kehormatan yang hanya dapat diperoleh setelah mencapai Dao Comprehension, satu tingkat di atas Nascent Soul. Namun aturan itu lebih dari sekadar pencapaian kekuatan. Bahkan jika ada lebih dari empat orang dalam sekte yang memiliki kekuatan setara, mereka tidak akan pernah diberi posisi Tetua Dalam.

Aturan itu bukan berasal dari tetua biasa. Itu adalah hukum yang ditetapkan oleh Leluhur Pendiri sendiri—seseorang yang belum pernah muncul dalam seratus ribu tahun terakhir.

Dan hukum leluhur, bagi semua yang tinggal di bawah langit ini… adalah mutlak.

Mereka yang mempertanyakan, akan lenyap tanpa jejak. Mereka yang melawan, hanya akan menjadi debu yang tersebar di angin.

Karena kemarahan dari seseorang yang telah hidup seratus ribu tahun, yang telah menciptakan sekte yang berdiri melawan waktu dan langit… bukan sesuatu yang bisa dibayangkan oleh makhluk biasa.