LightReader

Kehilangan di Dunia Digital"

milimnava12
42
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 42 chs / week.
--
NOT RATINGS
789
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1 Jalan Baru

Prolog – 1 Januari 2025

Langit malam di Boston dipenuhi kembang api. Suara dentuman bergema di seluruh penjuru kota, merayakan datangnya harapan baru. Namun bagi Milim Nava, malam itu bukan tentang harapan—melainkan perpisahan.

Gadis keturunan Rusia dan Inggris itu berdiri di balkon apartemennya di lantai dua puluh, membiarkan dinginnya udara musim dingin menusuk kulitnya. Tubuhnya yang mungil menggigil dalam gaun tidur tipis, namun hatinya lebih beku dari apapun.

Di belakangnya, di dalam apartemen, layar ponselnya terus menyala, memperlihatkan pesan-pesan dari keluarganya yang membuat hatinya semakin hancur.

Pesan dari ayahnya muncul di layar ponsel:

> "Milim, aku tahu ini berat, tapi ingatlah bahwa ini adalah keputusan terbaik untuk keluarga kita. Jangan marah padaku. Aku melakukan ini untuk kita semua."

Ayahnya, yang dulu bekerja di Google sejak 2013, kini telah kehilangan pekerjaan. Namun, ia masih berharap bisa menyelamatkan keluarga dari utang satu juta dolar yang mereka buat. Milim tahu, ayahnya merasa terjebak dalam situasi yang tak bisa ia kendalikan. Ia merasa tidak ada pilihan lain.

Pesan ibunya datang setelah itu:

> "Anakku, ingatlah bahwa Tuhan selalu menguji kita dengan cara yang tidak kita mengerti. Ini ujian bagi kita semua. Jangan berputus asa. Tuhan akan memberi jalan."

Ibunya, seorang wanita yang taat beragama, berdoa setiap malam, percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan keluar. Namun, Milim merasa tidak ada jalan keluar dari kegelapan yang menimpanya.

Kemudian, pesan dari kakaknya yang selalu sibuk dengan kehidupannya sendiri, datang tanpa banyak kata:

> "Aku tidak tahu apa yang harus dikatakan. Aku harap kamu bisa memahami situasi ini. Semoga semuanya baik-baik saja."

Milim merasa sendirian, meskipun keluarganya mengirimkan pesan-pesan penuh harapan. Mereka berusaha berbicara dengan baik, tapi itu hanya semakin menyakitkan baginya. Milim tahu, keluarganya berharap dia bisa mengorbankan dirinya demi mereka, dan ia hanya bisa terdiam.

Milim menggenggam erat surat kecil yang ada di tangannya. Tulisannya penuh isak tangis.

"Maaf... Aku tidak kuat lagi. Aku tidak bisa hidup seperti ini."

Di luar, kembang api semakin memuncak, menghiasi langit dengan warna-warni yang menipu.

Milim menutup matanya, membiarkan suara dunia memudar.

Lalu ia melangkah maju.

Dan semuanya menjadi gelap.

---