LightReader

Chapter 10 - Chapter 10: Langkah di Tengah Bahaya

Kabut tipis menyelimuti hutan luas di luar kota Virelia.

Tanah basah dan aroma pepohonan basah bercampur menjadi satu, membentuk atmosfer magis dan sedikit menyeramkan.

Yamada dan pasukannya — sekitar 20 orang inti — melangkah hati-hati di bawah naungan pepohonan tinggi.

Di depannya, Mirai memimpin Tim Infiltrasi, matanya waspada memindai setiap gerakan di bayang-bayang.

Di belakang, Rika mengatur formasi serang, sesekali menoleh memastikan semua orang dalam kondisi siap tempur.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju reruntuhan kuno — lokasi pertama di mana para Ratu Disegel dikurung.

Misi pertama:

Buka segel.

Bebaskan 10 ratu pertama.

Waktu maksimal: 72 jam.

Ancaman: Monster, perangkap kuno, dan... penyihir hitam.

---

Di Tengah Perjalanan: Canda, Tegangan, dan Rasa

Saat berjalan, suasana tidak melulu tegang.

"Oi, Yamada," kata Nara, si gadis tomboy. "Kalau dapet 50 ratu nanti, jangan lupakan kita-kita ya!"

Yamada tertawa kecil. "Kalau semua mau, aku siap bertanggung jawab kok."

Semua gadis langsung merah padam.

Beberapa pura-pura batuk, yang lain menoleh ke arah lain dengan wajah merah.

Mirai mendekat ke Yamada, berbisik dengan mata berkilat.

"Kau janji, ya? Aku mau jadi istri pertama!"

Rika, yang mendengar itu, langsung menegakkan tubuhnya.

"Tidak semudah itu, Mirai."

Ketegangan kecil itu justru membuat suasana lebih hidup, seolah mengingatkan mereka bahwa mereka bukan hanya pejuang... tapi juga manusia dengan perasaan.

Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama.

---

Serangan Pertama: Monster Guardian

Saat memasuki celah batu besar, tanah bergetar.

GROOOAAARRR!!

Dari balik kabut, muncul seekor monster batu raksasa, bermata merah menyala.

Sebuah Golem Penjaga kuno — pelindung reruntuhan.

"Semuanya, formasi bertahan!" seru Rika.

Golem itu mengayunkan tinjunya sebesar gerobak kuda ke arah mereka.

Mirai melompat cepat, melemparkan tiga pisau berlapis sihir ke mata Golem.

Pisau itu hanya membuatnya marah.

BOOM!!

Pukulan Golem menghantam tanah, membuat tanah pecah dan melontarkan debu ke mana-mana.

Satsuki, si assassin, berputar di udara, menyusup di antara celah batu dan menusukkan belatinya ke sendi golem.

"Titik lemahnya di lutut!" teriaknya.

"Tim serang, fokus ke sendi!" seru Yamada.

Yui melontarkan bola api raksasa ke kaki Golem, diikuti serangan bertubi-tubi dari semua orang.

Dalam waktu lima menit penuh keringat dan kerja sama ketat, Golem itu akhirnya roboh, pecah menjadi ribuan potongan batu.

Mereka semua terengah-engah, tapi juga saling menatap dengan rasa bangga.

"Ini baru pemanasan," gumam Yamada sambil tersenyum.

---

Reruntuhan Kuno: Perangkap Mematikan

Setelah mengalahkan Golem, mereka memasuki reruntuhan kuno.

Lorong-lorong sempit, ukiran-ukiran kuno di dinding, dan aura sihir kegelapan mengisi udara.

Tiba-tiba KLIK —

Perangkap anak panah terpicu!

Rika mendorong Yamada ke lantai, nyaris membuat mereka berdua berguling bersama.

"Awas bodoh!" bentaknya sambil merah padam.

Yamada hanya bisa tertawa malu.

Mereka harus bergerak lambat, hati-hati menghindari jebakan demi jebakan: lantai jeblos, dinding berduri, kabut beracun.

Di sini, kecepatan bukanlah kunci. Kesabaran dan kecermatanlah yang menentukan hidup mati.

---

Konfrontasi dengan Penyihir Hitam

Akhirnya, mereka tiba di aula utama.

Di tengah aula, berdiri seorang wanita berambut ungu panjang, mengenakan jubah hitam dengan simbol tengkorak emas.

"Selamat datang, anak-anak bodoh," katanya dengan suara menggoda.

"Aku adalah Selena, penjaga segel ini."

Dia melambaikan tangannya.

Lima bayangan gelap — monster kegelapan — muncul di sekelilingnya.

Pertarungan kembali pecah!

---

Pertarungan Besar: Strategi dan Kesetiaan

Rika memimpin serangan frontal.

Mirai dan Satsuki bergerak cepat menghabisi monster satu per satu.

Sementara itu, Yamada maju langsung menghadapi Selena.

"Beraninya bocah manusia sepertimu melawanku," ejek Selena sambil melancarkan sihir hitam.

Yamada mengaktifkan skill spesial dari sistem: Blessing of Eternal Flame — sihir cahaya tingkat tinggi.

Cahaya putih membakar kabut gelap Selena.

"Ini untuk semua ratu yang kau kurung!" teriak Yamada.

Dengan satu tebasan pedang berlapis sihir, ia menghantam Selena.

Wanita itu berteriak melengking sebelum akhirnya menghilang menjadi debu hitam.

Lorong dipenuhi cahaya.

---

Pelepasan Para Ratu

Di tengah aula, muncul lima altar batu.

Di dalam masing-masing, gadis-gadis cantik berpakaian kerajaan terbaring, tubuh mereka lemah.

Yamada mendekat, menyentuh salah satu altar.

> [Sistem: Ratu Pertama Dilepaskan!]

[SSR Heroine Bergabung: "Queen Althea"]

Satu per satu, para ratu terbangun, matanya basah karena syukur dan keterkejutan.

Mereka semua — tanpa terkecuali — berlutut di hadapan Yamada.

"Terima kasih... Tuan Penyelamat kami."

Senyuman Yamada mengembang.

"Ini baru permulaan."

"Aku akan menyelamatkan kalian semua."

Setelah membebaskan lima ratu pertama, perjalanan Yamada dan kelompoknya belum selesai.

Mereka beristirahat di kota kecil bernama Lunareth, tempat festival musim gugur terbesar diadakan tiap tahun.

Festival Harvest Moon — saat semua orang merayakan panen, berdansa, makan, dan... menjalin janji cinta.

Tentu saja, ini juga menjadi ajang kesempatan para heroine mendekati Yamada lebih intens.

---

Suasana Festival: Awal yang Damai

Kota Lunareth dipenuhi lentera merah emas yang berkilau di malam hari.

Pedagang memenuhi jalan-jalan, aroma makanan manis dan panggangan memenuhi udara.

Anak-anak berlari dengan lampion di tangan, para remaja tertawa riang, dan musik lembut mengalun di sepanjang alun-alun.

Yamada berjalan santai di tengah keramaian, diapit oleh Mirai dan Rika, masing-masing memegang lengan kanannya.

"Waah, lihat, ada permainan lempar gelang!" seru Mirai, menarik Yamada.

"Tunggu, aku mau belanja dulu," protes Rika sambil menarik ke arah sebaliknya.

Yamada hanya bisa tertawa canggung, terombang-ambing di antara dua gadis cantik.

Dari jauh, Queen Althea — ratu pertama yang ia selamatkan — memperhatikan dengan ekspresi halus di wajahnya.

"Begitu hangat... Manusia ini berbeda dari yang lain," pikir Althea sambil menahan senyum.

---

Tiba-tiba... Rival Baru Muncul!

Saat suasana makin ceria, seseorang menghalangi jalan mereka.

Seorang pria tampan berambut putih perak berdiri dengan sikap angkuh, diikuti sepasukan prajurit berbaju hitam.

"Sudah kudengar tentangmu, Takahashi Yamada," katanya dengan nada meremehkan.

"Aku Leonhart von Dragen, keturunan bangsawan agung. Para wanita seharusnya tidak bersama orang biasa sepertimu."

Rika langsung menegang, Mirai mengerutkan kening.

Leonhart tersenyum sombong, lalu menunjuk para gadis di sekitar Yamada.

"Jika mereka ikut denganku, masa depan mereka akan lebih cerah."

Suasana festival mendadak hening.

Semua mata beralih ke Yamada... menunggu reaksinya.

---

Pertarungan Tanpa Senjata: Festival Duel

Althea melangkah maju.

"Dalam festival ini," katanya dingin, "sengketa harus diselesaikan dengan Duel Festival — pertarungan satu lawan satu tanpa senjata tajam."

Sorak-sorai mulai terdengar.

Penduduk kota menyukai duel, apalagi dengan taruhan besar seperti ini!

Yamada hanya tersenyum santai.

"Baiklah," katanya. "Kalau menang, kau berhenti mengganggu kami."

Leonhart mendengus. "Dan kalau aku menang, semua gadismu ikut denganku."

Suasana makin panas.

---

Festival Duel: Yamada vs Leonhart

Lapangan tengah disulap jadi arena.

Penonton memenuhi pinggiran, berteriak dan bersorak.

Yamada mengenakan rompi kulit ringan, Leonhart hanya berbaju putih sederhana — tanda duel resmi.

"Mulai!" teriak wasit.

Leonhart langsung menyerang dengan cepat, jurus tinju yang diasah dengan sihir mempercepat refleks.

Tapi Yamada, dengan pengalaman bertarung melawan Golem dan penyihir, sudah jauh lebih lincah.

Mereka bertukar pukulan, tendangan, dan gerakan cepat.

Beberapa kali Leonhart hampir mengenai kepala Yamada, tapi Yamada selalu bisa mengelak di detik terakhir.

Akhirnya, Yamada menemukan celah.

Dengan gerakan putar, dia menghantamkan serangan siku ke perut Leonhart, membuat pria itu terjatuh keras ke tanah.

"Pemenangnya: Takahashi Yamada!"

Sorak-sorai membahana!

Mirai langsung memeluk Yamada di depan umum, membuat para gadis lain berteriak cemburu.

---

Setelah Duel: Misi Baru Dimulai

Malamnya, saat semua bersantai di penginapan, Sistem kembali berbunyi.

> [Sistem: Misi Baru Tersedia!]

[Quest: Temukan "Cincin Ratu Langit" di Puncak Gunung Arvedos!]

[Hadiah: 10 SSR Heroine + 1 UR Heroine (Ratu Legendaris)!]

Semua gadis menatap Yamada dengan mata berkilat.

Yui bertanya dengan senyum misterius, "Kalau nanti kita tambah sepuluh lagi... mau disusun giliran kencannya, Yamada-kun?"

Yamada mengangkat tangan menyerah.

"Aku bahkan belum bisa menangani kalian semua sekarang!"

Mereka semua tertawa riang, suasana hangat menyelimuti ruangan.

Tapi di lubuk hatinya, Yamada tahu... perjalanan ke Gunung Arvedos tidak akan mudah.

More Chapters